Mudik Jasadi dan Ruhani

Ketika Allah menerangkan misal dari Nur-Nya pada Qs. al-Nur/24:35, di ujung teks ayat itu dikatakan “Allah membuat misal bagi manusia dan Dia mengetahui segala sesuatu”. Makna teks ayat ini pertama Allah dalam menerangkan sesuatu sekalian memicu manusia untuk berfikir keras untuk memahami apa yang sedang diterangkan-Nya oleh karena, keterangan tersebut diungkap dengan perumpamaan.

Kedua, Allah mengatakan bahwa Dia mengenal mengetahui segala sesuatu, mengandung makna ialah manusia tidak akan tahu atau faham tentang yang sedang diterangkan-Nya itu. Itu sebabnya Dia menyediakan diri untuk dimintai kefahaman supaya manusia itu tahu diri dan tidak merasa tahu. Kesediaan Allah itu tentu dengan cara mengutus utusan di permukaan bumi dari kalangan manusia itu sendiri. Tentu pula mekanisme penunjukan utusan itu adalah dengan cara Allah sendiri. Tentu juga kebanyakan manusia tidak tahu dengan siapa yang diutus Allah itu, dan kalaupun tahu kebanyakan manusia tidak percaya bahkan menolaknya. Utusan-utusan tersebut bernama auliya’-anbiya’. Pun utusan itu juga biasanya bersenandung karena terkait etikanya kepada Allah yang tidak boleh terang-terangan bahwa dirinya auliya (zaman sekarang). Utusan tersebut biasa menerangkan bahwa dirinya hari bersembunyi di tengah terik matahari.

Kata-perkata pada teks ayat Qs. 24:35 di atas pun sangat sulit difahami jika hanya mengandalkan teka-teki pemikiran manusia yang sangat terbatas. Karena teks tersebut diungkap dengan perumpamaan. Oleh karena itu hanya orang yang dikasi kefahaman oleh yang punya perkataanlah yang dapat memahami maksud teks ayat tersebut. Orang yang dikasi kefahaman itu dengan pasti mengerti wujud yang diterangkan Allah dengan perumpamaan tersebut. Karena memang petunjuk Allah itu berbasis wujud bukan berbasis epistemic literalistic.

Saat ini kita sedang berada pada momen mudik lebaran. Kita menangkap perumpamaan di sini. Mudik lebaran itu pasti berkaitan dengan puasa Ramadhan dan Idul Fitri. Mudik itu makna intinya rindu kampung halaman. Maka seseorang yang rindu kampung halaman pasti ingin sekali kembali. Tentu karena banyak hal tugas di perantauan, maka pulang atau kembali ke kampung halaman itu pada momen tertentu seperti pada waktu lebaran ini. Perumpamaan ini cantik sekali. Maka judul di atas saya tulis “mudik jasadi dan ruhani”.

Supaya perumpamaan ini menemukan maknanya, izinkan saya menyampaikan uraian tentang eksistensi kita yang menjadi manusia dalam dunia di permukaan bumi. Kita adalah wujud yang terdiri dari lahiriah/jasadiah-zhahiriyah-batiniyah. Jasadiyah itu adalah yang berwujud materi seperti yang kita bisa lihat dan raba yaitu tubuh kita ini. Jasadiyah ini diuraikan oleh teks-teks ayat Alquran adalah sebagai sesuatu yang datang dari ibu-bapak yang materi kejadiannya dari saripati tanah yang tersaring, menjadi air yang hina, yang terpancar/keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan, kemudian dilukis atau dibentuk di dalam rahim (Qs. 23:12, 32:8, 86:5-7, 3:6, dan masih banyak teks lain yang bermunasabat). Referensi inilah yang melahirkan tempat yang bernama kampung halaman. Yaitu tempat di mana bahan atau materi jasadiyah kita diperoleh oleh kedua ibu-bapak kita. Dengan referensi ini kita dapat memahami bahwa kampung halaman yang hari ini kita pada mudik ke sana adalah kampung halaman lahiriyah atau jasadiyah. Di sana selain materi kejadian jasad kita di sana di dapat, juga di sana jasad kita dilahirkan oleh ibu kita.

Kemudian unsur kedua dan ketiga yaitu zhahiriyah dan bathiniyah, yaitu wujudnya adalah ruh dan dzat. Asal kejadian dan keberadaan ruh dan dzat ini tidak sama dengan jasadiyah. Bahwa wujud ruh dan dzat ini berasal dari satu tempat dan wujud atau keberadaannya bukanlah materi. Ruh dan dzat ini wujudnya adalah immateri. Teks ayat Alquran menerangkan bahwa ruh itu cahaya (Qs. 42:52). Keduanya datang bersamaan, yaitu datang dari pada Allah. Kedua wujud ini berbeda pada fungsinya. Ruh berfungsi mengaktifkn atau nenghidupkan jasad. Ruh diizinkan berbuat dan berkuasa pada tubuh. Ruh dengan dzat atau rasa atau ni’mat yang dianugerahkan kepadanya berfungsi untuk menyempurnakan kejadian manusia (Qs. 32:9) dan bebas berbuat menikmati kekayaan Allah di permukaan ini (Qs. 2:79). Untuk mengukur baik-buruknya kekuasaan ruh berbuat pada dan dengan tubuh manusia tersebut, maka kepadanya dianugerahkan dzat atau rasa atau ni’mat yang memiliki sifat dasar jujur-baik-shiddiq. Dengan sifat dasarnya inilah dzat menjalankan fungsinya yaitu mencatat semua aktifitas ruh pada dan dengan tubuhnya. Apakah perbuatan ruh itu baik atau buruk semuanya tercatat sebagai catatan di dalam dada tanpa sedikitpun dibelokkan atau dimanipulasi dan tersimpan di dalam dada (Qs. 18:1, 29:49).

Supaya dzat ini efektif berfungsi maksimal bagi ruh, ruh diperintah mudik atau kembali ke tempat asalnya. Adapun tempat asal ruh ini adalah di sisi Allah. Adapun momen kembalinya ruh ke sisi Allah itu ialah pada sembahyang lima waktu. Pada sembahyang lima waktu inilah ruh diperintah mendirikan shalat sebagai wujud kembali ke sisi Allah (Qs. 2:44-46). Jadi kita yang mengerti tempat asal yang sejati mesti mengerti cara mudiknya ruh dengan benar, supaya tidak timpang dalam kehidupan.

Jadi mudik lebaran itu perumpamaan kerinduan ke kampung halaman di mana kita dilahirkan ke permukaan bumi dengan dan pada tubuh manusia. Namun rasa rindu ke kampung halaman jasadiyah itu juga harus kita buat yang sama terhadap kampung halaman sejati kita yaitu di sisi Allah dengan mengerti dan melaksanakan shalat yang benar pada sembahyang lima waktu dalam sehari semalam.

Mudik lebaran adalah pulkamnya jasadiyah. Sedangkan Shalat adalah mudiknya ruhani.

Similar Posts

  • ALQURAN DAN KRISIS NILAI KEMANUSIAAN

    ALQURAN DAN KRISIS NILAI KEMANUSIAAN Oleh:  S  y  a  r  i  f Dasar Pemikiran Fenomena sosial kehidupan masyarakat moderen atau pasca modernisme tampak semakin mencemaskan. Ada kekhawatiran yang selalu menghantui perasaan. Dalam realitas sosial kehidupan sehari-hari sering ditemukan berbagai perilaku sosial yang mengabaikan sisi kemanusiaan.  Pendek kata ada gejala dehumanisasi dan demoralisasi secara gelobal dewasa ini. Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk…

  • Basa-Basi Pendidikan Agama untuk Anak Negeri

    Suatu hari saya dapat kiriman video yang berisi rekaman acara di stasiun televisi. Ada delapan orang anak-anak muslim usia SMU, laki-laki dan perempuan, yang ditanya tentang rukun Islam. Ternyata, anak-anak itu tak bisa menjawab. Tersentak hati saya. Miris! Ini benar-benar memprihatinkan. Pada saat yang sama kita mendengar sejumlah tokoh yang mengusulkan agar pendidikan agama tidak…

  • Corona dan Takdir Diri

    Sebagai orang yang beragama kita harus beriman. Dalam Islam beriman itu setidaknya ada enam rukunnya, yaitu: percaya dengan Allah, percaya dengan malaikat Allah, percaya dengan rasul Allah, percaya dengan kitab Allah, percaya dengan hari akhir, percaya takdir baik dan takdir buruk dari pada Allah. Bahasan takdir diri ada pada salah satu rukun iman. Takdir itu…

  • UKHUWAH ILAHIYAH

    UKHUWAH ILAHIYAH(Konsep Persaudaraan Lintas Komunitas Ikhtiar Untuk Moderasi Beragama) Pada setiap zaman manusia dicatat oleh sejarahnya sebagai komunitas yang tidak pernah tidak berkonflik. Hanya saja para ahli di kalangan manusia kebanyakan hanyut dalam perbincangan fakta konflik itu sendiri. Pada saat yang sama sangat jarang perbincangan tersebut tembus kepada akarnya atau ushulnya. Oleh karena itu tidak…

  • Rakernas Kemenag dan Moderasi Beragama

    Rapat Kerja Nasional (Rakernas)  Kementerian Agama Republik Indonesia dilaksanakan pada hari Rabu-Jumat tanggal 29-31 Januari 2020. Satu titik fokus yang mewarnai dan dominan dalam sambutan-sambutan, penyampaian materi-matari, dan dalam penyampaian summary oleh Sekjend Kemenag bahkan dalam arahan Wamenag khusus disampaikan makalah tentang moderasi beragama. Fenomena sosial belakangan ini memang sesuai dan seperti tema Rakernas “Moderasi…

  • Tutup Pintu Radikalisme

    Akhir-akhir ini dunia kampus khususnya PTKI disedot perhatiannya oleh fakta gerakan radikalisasi yang telah memapar sebagian PTKI. Kasus Pengibaran bendera salah satu gerakan trans nasional pada even nasional di salah satu PTKI  mamaksa pimpinan PTKI mulai memikirkan strategi antisipasi. Terlihat di setiap kesempatan dan momen disampaikan wacana dan pemikiran mandatori untuk bersama-sama mengantisipasi gerakan radikalisasi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *